SEJARAH DESA KETANGGA



DESA TUA TERSELUBUNG MISTERI
Bebrapa abad yang lampau pada waktu belum adanya pemukiman penduduk datanglah seorang bernama “ALAM DANA” berserta murid-muridnya yang berasal dari Bagdad membangun sebuah pemukiman atau tempat tinggal yang bernama “Gubuk Peketangan” Peketangan artinya : Patok pertama atau tempat pertama dibuka sebuah pertikan (desa).
Gubuk (desa) Peketangan berdiri pada tahun 1004 H dan dipimpin oleh tiga wali Desa diantaranya :
Ø  Raden Pelompong
Ø  Jaya Prana
Ø  Tuan Lebe
Di desa Peketangan ini lah segala cita-cita dan impian ditanam mulai dari penyebaran agama Islam sampai dengan keinginan membangun sebuah kerajaan. Setelah penyebaran agama makin luas dan daerah makin besar, maka kukukuhkanlah membangun sebuah kerajaan dengan ditandai penanaman sebuah pohon Ketangan (jarak), yang dilakukan oleh Raja, Kiyai sepuh (Para Wali), Demung, Penggawa Kerajaan dan rakyat.
Pohon ketangan tersebut sebagai patok pertama (Peketangan) yang berarti Pengikat, Pemersatu, tali kebersamaan, lampu penerang menuju : keimanan, ketaqwaan, keadilan, kemakmuran
Kerajaan tersebut dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang yang merupakan Kerajaan Islam tertua di Pulau Lombok. Beratus tahun kepemimpinan Kerajaan Selaparang yang berpusat di Desa Peketangan dengan keadaan adil, aman tenteram namun pada suatu masa (waktu) melihat kekayaan, kesuburan Pulau Lombok Raja Bali dengan strategi politik menggandeng salah satu keturunan Raja Selaparang untuk menyerang Kerajaan Selaparang.
Raja mendapat laporan dari penggawa kerajaan, bahwa tentara Bali yang bersekutu telah berada di bagian selatan dan bergerak makin dekat menuju alun-alun kota.
Raja tetap tenang dan menyuruh salah satu prajurit memukul kentungan dan seketika itu seluruh rakyat yang berada dipusat kota berkumpul semuanya., raja memberikan pengarahan agar para rakyat tetap tenang dan memberikan perisai-perisai” keris, tombak, pedang, zimat. Raja kembali bersabda tidak boleh mengangkat senjata jika aku tidak memerintahkannya, seluruh rakyat patuh terhadap segala titahnya.
Raja selaparang mengumpulkan 60 orang perajuritnya untuk menyongsong kedatangan tentara Bali yang sudah dekat dengan alun-alun kota, 60 perajuritnya berkekuatan sama dengan 60.000 tentara biasa.
Setelah Raja Selaparang melihat tentara bali yang bergandeng tangan dengan salah satu keturunannya, sang raja enggan berperang dan memilih menghilang mengajak 60 orang prajuritnya (di tempat makam raja yang sekarang). Namun satu prajuritnya tidak mau ikut menghilang dan berteriak mengatakan raja pelok (pengecut), sambil menghunus pedang perajurit itu mengamuk bagaikan gandang gendaka, dan konon dalam cerita rakyat setempat perajurit itu tenggelam diantara darah musuh-musuhnya/tentara Bali di Segara Katon. Jarak antara makam Raja dengan alun-alun kota Raja Selaparang kurang lebih 1,5 km, berada dipinggir sungai dan sebelah barat Masjid Pusaka.
Ketika Kerajaan Selaparang musnah ditelan bumi namun pohon ketangan itu hidup sampai sekarang di sebuah desa tua terselubung misteri dan kaya akan peninggalan  peninggalan  Kerajaan Selaparang.

DESA KETANGGA SELAPARANG
Desa Ketangga pada awalnya deberi nama Desa Peketangan, dan setelah musnah Kerajaan Selaparang desa ini berubah nama menjadi Desa Ketanga(Kenangan) yang diambil dari kata ketangan, serta ketika datang para penjajah dan ahli sejarah dari Jawa Desa Ketanga berubah mejadi Desa Ketangga atau Ketonggo (dialek Jawa). Desa Ketangga berarti keyakinan yang kuat yang didirikan sekitar tahun 1004 H bertepatan dengan 1484 M.
Faktor penyebabnya dirubahnya Desa Ketanga (kenangan) menjadi Desa Ketangga antara lain :
·         Tempat pemukiman penduduk yang bertangga-tangga
·         Terdapat hutan yang banyak tumbuh pohon ketangga
·         Melaksanakan ajaran islam dengan keyakinan yang kuat
Desa ketangga inilah sebenarnya pusat kerajaan Selaparang, adapun peninggalan-peninggalan Kerajaan Selaparang yang ada di Desa Ketangga antara lain : 

1.     Masjid Pusaka
Masjid Pusaka pada awalnya bentuk dan bangunannya sama dengan Masjid Demak yang ada di Jawa, bentuk denah bangunan masjid dengan ukuran 7 x 7 m tiang utamanya di sebut saka guru, ada empat buah tiang,itu terbuat dari pohon kayu, dalam bahasa sasak disebut gegeling, tiang keliling berjumlah 12 tiang termasuk dua buah tiang mihrap ( mimbar ) di dalam masjid terdapat batu dari Bagdad menghadap kiblat sebagai simbol arah shalat,mengarah menghadap kiblat.
Pada tahun 1969 Desa Ketangga di landa kebakaran, Masjid Pusaka dan rumah tempat istirahat Raja Ikut terbakar sehingga masjid pusaka mengalami beberapa kali pergantian dan perombakan bentuk bangunan.
Masjid pusaka Desa Ketangga berdekatan dengan sungai dan berdekatan pula dengan tempat istirahat Raja Selaparang ( gedeng = bekas istana Raja Selaparang ).
Masjid pusaka didirikan oleh para wali dan murid-muridnya yang bersal dari Bagdad di antaranya Putra Syekh Ahmad Al Kasasih yaitu azimat atau sapaan akrab masyarakat lombok adalah Tuan Lebeh di perkirakan pada tahun 1004 M.
Masjid Pusaka Desa Ketangga terletak di ketinggian kurang lebih 500 m dari permukaan laut dan berada di tengah-tengah perkampungan pada sebidang tanah dengan tofografi yang rata sekitar 20 are, di dalam Masjid dekat mimbar terdapat batu dari Bagdad yang berwarna ke hijau-hijauan. Masjid Pusaka Desa Ketangga berbeda dengan Masjid Pusaka di desa-desa lain karena masih di gunakan sebagai tempat sarana ibadah dan upacara adat.
2.    Gedeng
Tempat Sang Raja istirahat/bersemedi, dan berbicara banyak hal tentang pemerintahan sebelum ke Masjid. Di pintu gedeng terukir gambar burung garuda dan wong menak dalam kisah pewayangan sebagai raja tertinggi.
3.    Sabuk Pusaka
Panjangnya kira-kira 20 meter dan lebarnya kira-kira 35 cm, ditulis dengan huruf arab melayu yang isinya tentang kisah/riwayat kehidupan manusia dari dunia sampai akhirat. Sabuk Pusaka adalah sebuah pusaka merupakan peninggalan raja selaparang dan para wali, sabuk pusaka ini bertulis huruf Arab dan jawa kuno dan berlapaskan Asmak-asmak Allah dan di ujung sabuk bertulis “Kamis 14 Muharam tahun B”
4.    Al-Qur’an Tulis Tangan
Konon Al-Qur’an ini lebih tua dari Al-Qur’an yang di Bali,al Quran ini dibuat pada th 400 H
5.    Sajadah dan selendang ( surban )   >> sujadah dan selendang ini sebuah peninggalan bersejarah yang selalu dipakai oleh raja selaparang ,kedua benda ini selalu turun temurun dipakai oleh keturunan raja selaparang yang dibuat dari  kain putih yang disesek atau ditenun dengan rapi dan diberi tulisan lapas Alloh,dan berukuran _+ 1m dan lebarnya 40 cm.                                                                                                                        
6.    Kitab-kitab agama
7.    Tombak
Gagangnya terbuat dari hati (bagian dalam) pohon pisang yang sangat keras dan indah
8.    Keris
9.    Badik/pedang >> benda ini dijuluki berare ketok
10. Tangiang disebut juga dengan Tamiang (perisai perang)
Terbuat dari kulit manusia (kulit putri raja yang bersalah). Tamiang ini biasanya digunakan dalam upacara adat Tandak Gerok yang merupakan upacara sakral, meminta hujan dari yang Maha Kuasa yang disertai Shalat Istiskoq, biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
11. Teks Khotbah
Di pakai pada Shalat Jum’at ketika Raja Selaparang masih ada
12. Baju Zirah (baju perang)
13. Sabuk Pemangkat (sabuk perang)
14. Pisau Sunatan (khitanan)
15. Kendi Kedah
16. Gerabah (Bong)
17. Piring

KEPAKUMAN PEMERINTAHAN SETELAH MUSNAH NYA KERAJAAN SELAPARANG
            Setelah runtuhnya kerajaan selaparang yang berpusat di Desa Ketangga, para keturunan raja,raden-raden serta petinggi- petinggi berkumpul untuk berbicara secara kekeluargaan untuk membangun kembali sebuah pemerintahandibawah kekuasaan Bali, namun sebagian dari mereka ada yang merasa malu dan kecewa melihat raja selaparang menghilang tidak meluruskan  permasalahan dengan Banjar getas yang merupakan bagian dari keluargga mereka sehingga menyebabkan kengganan memimpin dan banyak menurunkan diri menjadi AMAQ dan petani. Melihat setuasi yang demikian Raden mangku dan       Raden Dangga yang merupakan  tokoh masyarakat segera memanggil adeknya yang dari bayan bernam DENDA ANGLING ( DENDA BONTONG SUSU ).
DENDA ANGLING didampingi suami yang bernama RADEN CIAH menuju Desa ketangga, dan suami DENDA  ANGLING  mendapat kehormatan istimewa dinobatkan  menjadi kepala Desa.

            BENTUK PEMERINTAHAN DARI MASA KERAJAAN SAMPAI SEKARANG

            Desa Ketangga sudah banyak mengalami perubahan dan pergantian pemerintahan dari dulu sampai sekarang.

1.Sebelum dikukuhkannya Raja Selaparang dan tokoh-tokoh pemimpinnya adalah :  
    - Raden Pelompong
     - Jaya Perana
     - Tuan lebe

 2.Masa Kerajaan Bali
     - Raden ciah ( Sebagai Kepala Desa )
     - Jero Daliah ( Sebagai Keliang/Kadus Desa  )
      - Raden Mangku ( Sebagai Pemelihara Gedeng dan juru kunci makam raja selaparang )
      - Raden Dangga ( Sesepuh masyarakat )

 3.Masa Penjajahan Belanda
    - Raden Ratmawa                                ( Sebagai Kepala Desa )
            .. Bapak Ningrat                           ( Jero Tulis )
             .. Baloq nyakera / Baloq Raden  ( Keliang Langlang )
             .. Jero Dariamseh                        ( Keliang Otak Desa )
            ..  Ninik Anom                               ( Keliang Dsn Lekong )
             ..  Haji Lalu Umar                         ( Keliang Batu Basong )
     - Mamik Saleh             ( Sebagai Kepala Desa )
            .. Bapak Ningrat   ( Jero Tulis )
            .. Bapak Kertaseh ( Keliang Langlang )
            .. Jero Dariamseh  ( Keliang Otak Desa )
            ..  Ninik Anom       ( Keliang Dsn Lekong )
            ..  Haji Lalu Umar   ( Keliang Batu Basong )
     - Lalu Muhur                  ( Sebagai Kepala Desa )
            .. Bapak Ningrat    ( Jero Tulis )
            .. Kertajati Negara  ( Keliang Langlang )
            .. Mamik Sahrum   ( Keliang Otak Desa )
            .. Pe Sri Ayup        ( Keliang Dsn Lekong )
            .. Mamik Wirakasma ( Keliang Batu Basong )
            .. Amak Awiah          ( Keliang Suntalangu )
     - Raden Wira Gede       ( Sebagai Kepala Desa )
            .. Bapak Kertawisah ( Jero Tulis )
            .. Mamik Musti         ( Keliang Langlang )
            .. Mamik Sahrum    ( Keliang Otak Desa )
            .. Pe Sri Ayup         ( Keliang Dsn Lekong )
            .. Mamik Wirakasma ( Keliang Batu Basong )
            .. Amak Awiah          ( Keliang Suntalangu )

4.Masa Penjajahan Jepang
     - Bapak Kertawisah     ( Sebagai Kepala Desa )
            .. Bapak Mingih    ( Jero Tulis )
             .. Bapak Kertawali ( Keliang Langlang )
             .. Haji Sahrudin     ( Keliang Otak Desa )
            .. Ninik Ungoh      ( Keliang Dsn Lekong )
             ..  Haji Lalu Najamudin ( Keliang Batu Basong)
            .. Amak Awiah       ( Keliang Suntalangu )

5.Masa Kemerdekaan
     - Bapak Kertawisah     ( Sebagai Kepala Desa ) 
     - Haji Najamudin          ( Sebagai Kepala Desa )

6.Kepala Desa Ketangga dari Tahun 1967 sampai sekarang antara lain :
     - Abdul Salam          (  Kepala Desa Tahun 1967-1979 )
     - Kamaludin,BA        (  Kepala Desa Tahun 1980-1982 )
     - Daeng Ali               (  Kepala Desa Tahun 1982 )
     - LL.Sabarudin         (  Kepala Desa Tahun 1982-1992 )
     - Jamiludin                (  Kepala Desa Tahun 1993-2006 )
     - Mujatahidin,S.Sos  (  Kepala Desa Tahun 2006-2009 )
     - H.Muhrip                (  Kepala Desa Tahun 2009)
     Mislahudin      (  Kepala Desa Tahun 2010- Sampai sekarang )
    
PEMEKARAN DESA KETANGGA

   Desa Ketangga pada masa pemerintahan H.LALU NAJAMUDIN sudah dua kali mengalami pemekaran Desa diantaranya :
    1.Pada tahun 1967 Dusun batubasong mekar menjadi Desa Suntalangu.
    2.Pada tahun 1967 Dusun Peresak mekar menjadi Desa Selaparang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH SUNTALANGU

Ini Cara Membuat Jaja Tujak, jajanan Khas Lombok